Bruder Muda Berkreasi Ditengah Pandemi

 

 

Ke kampung sawah naik taksi

Jangan lupa beli soto mie

Jangan menyerah untuk berpromosi tentang kongregasi

Walaupun masih ada pandemi

 

 

Orang betawi mempunyai kebiasaan berpantun. Penulis mempunyai pengalaman ketika mengikuti rapat pleno Paroki Kampung Sawah. Pembawa acara memulai kegiatan ini dengan pantun. Penulis melihat bahwa pantun menjadi kebiasaan yang khas dari daerah ini. Selain pantun, orang betawi juga mempunyai ciri khas dalam berpakaian. Orang laki-laki biasanya memakai peci dan baju putih berkalungkan kain seperti sarung, sedangkan yang perempuan memakai kerudung dan berkebaya. Identitas atau sesuatu yang khas seperti ini bisa menjadi daya tarik dan orang akan mudah dalam mengenalinya.

Di masa pandemi covid ini, banyak kongregasi yang berusaha untuk mengenalkan identitasnya melalui media sosial. Perjumpaan secara offline menjadi hal yang tidak mudah untuk diupayakan. Salah satu penyebabnya adalah karena pemerintah menganjurkan untuk tidak mengadakan kegiatan yang mengundang banyak orang. Penulis melihat fenomena dalam mempromosikan kongregasi lewat medsos yang semakin gencar. Pribadi maupun atas nama kongregasi berusaha membagikan konten-konten promosi didalam dunia maya. Misalnya video-video yang berisi pengenalan dan karya-karya kongregasi, wawancara dengan biarawan-biarawati sekongregasi maupun saling sharing dengan kongregasi yang berbeda. Biasanya kegiatan ini ditayangkan secara live Instagram karena orang-orang muda banyak menggunakan dan menyukai aplikasi ini. Ada pula kongregasi yang menggunakan aplikasi zoom.

Para bruder kita juga memanfaatkan situasi ini untuk tetap berpromosi. Kegiatan tim prompang FIC dan bruder muda ini berasal dari ide seorang bruder muda untuk melakukan kegiaran sharing dengan menggunakan zoom. Tim prompang mengusulkan supaya kegiatan ini dilaksanakan secara live di Instagram. Tim prompang FIC mengkoordinir kegiatan ini dengan  mengundang para bruder muda untuk sharing dan berbagi pengalaman hidup secara bergantian.

Bagi penulis kegiatan saling berbagi pengalaman hidup sebagai bruder FIC ini tidak semata-mata untuk berpromosi. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah tiap bruder yang mendapat kesempatan untuk berbagi dan sungguh semakin bisa memaknai hidup panggilannya itu. Media sosial menjadi ajang untuk mewartakan kebaikan Allah yang sudah dialami itu. Situasi pandemi seperti ini juga menjadi kesempatan para bruder untuk berkreasi. Sharing yang awalnya hanya di Instagram tetapi juga bisa ditayangkan melalui youtube kongregasi sehingga semakin banyak orang yang menonton dan berpartisipasi. Ciri khas Bruder FIC sebagai pembelajar rasanya tercermin dalam kegiatan ini.

Penulis mengalami pembelajaran tidak hanya dalam hidup panggilan tetapi juga dalam ikut ambil bagian membuat konten atau status yang menarik dan menginspirasi. Artikel dalam konstitusi mengatakan bahwa perutusan kongregasi akan berjalan seiring dengan roh yang berhembus. Aplikasi teknologi informasi untuk membagikan warta sukacita semakin beragam. Penulis berusaha juga untuk mendalaminya. Penulis yang notabene baru pertama kali merasul di sekolah harus semakin rendah hati untuk belajar banyak hal. Penulis mendapatkan kesempatan untuk belajar mengajar dan bertugas di bagian sarana prasarana sekolah. Belajar dengan bertanya kepada para guru maupun mencari di internet.

Kegiatan promosi ditengah pandemi tidak hanya melalui media sosial, Penulis juga berjuang untuk mewartakan makna panggilan ini kepada para guru dan karyawan setiap hari. Kesaksian hidup dalam perjumpaan dengan sesama menjadi kegiatan promosi yang tidak boleh dilupakan. Penulis terus berupaya untuk menjalin relasi yang baik dengan sesama rekan kerja di sekolah dan melakukan hal-hal sederhana. Tugas mengepel, menyapu , memperhatikan lingkungan, melayani dengan ramah jika bapak ibu karyawan membutuhkan sesuatu. Ada peristiwa yang pernah dialami. Di suatu pagi, penulis mengepel galeri. Ada seorang guru yang berkata, “Juragan kok ngepel!. Penulis menerima candaan itu, tetapi juga penulis merasa bahwa Guru itu menyangka bahwa seorang bruder itu tidak layak untuk melakukan tugas sederhana itu. Nah, dari pengalaman ini penulis memaknai bahwa ada kesempatan untuk bersaksi dan menunjukkan bahwa panggilan menjadi bruder itu semata-mata hanya rahmat dari Nya. Setiap orang terpanggil diajak untuk bekerjasama dengan rahmat itu dengan terus membagikan kebaikan Allah dalam tugas-tugas yang selama ini mungkin dipandang sebelah mata oleh banyak orang.

Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan setiap bruder. Situasi pandemi tidak menghambat para bruder untuk berkontribusi dengan cara masing-masing. Panggilan sebagai bruder yang terus menemukan kebermaknaan hidup dan mengalami kasih Allah itulah yang selalu harus selalu kita promosikan. Bagaimana dengan upaya ku selama ini dalam mewartakan kasih Allah yang telah diterima?

Siang-siang paling enak minum es degan selasih

Lebih enak lagi minum nya ditepi sawah sambil melihat burung merpati

Allah adalah kasih

Marilah kita mewartakan kasih Allah dalam hidup sehari-hari

Komentar